Analisis Penanganan Longsoran Pada Lereng Jalan Inspeksi Bendungan Manikin Paket-2

Pembangunan Bendungan Manikin memerlukan infrastruktur penunjang
yang esensial, salah satunya adalah jalan akses yang berfungsi vital untuk
mobilisasi peralatan berat, material konstruksi, serta tenaga kerja. Jalan akses ini
didesain mengelilingi topografi perbukitan di sekitarnya, sehingga memerlukan
implementasi perkuatan lereng yang komprehensif guna memastikan stabilitas dan
keamanannya.
Kondisi geologi di Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya di Pulau Timor,
menghadapi tantangan yang sangat kompleks, terutama akibat keberadaan formasi
tanah Bobonaro. Karakteristik geologi yang ekstrem di wilayah ini telah menjadi
kendala signifikan dalam berbagai proyek konstruksi sebelumnya. Tanah Bobonaro
dikenal memiliki sifat-sifat geomekanik yang unik dan seringkali problematis, yang
memerlukan pendekatan rekayasa khusus untuk penanganannya. Fenomena curah
hujan yang sangat ekstrem di wilayah tersebut memperparah kondisi tanah
Bobonaro, memicu terjadinya swelling (pengembangan) yang signifikan pada
lapisan tanah. Akibatnya, sistem perkuatan lereng eksisting yang telah terpasang
menjadi tidak memadai untuk menahan tekanan yang timbul dari pengembangan
tanah tersebut. Kondisi ini kemudian berujung pada insiden longsoran yang terjadi
di Jalan Inspeksi, tepatnya di area inlet Bendungan Manikin.
Oleh karena itu Komisi Keamanan Bendungan (KKB), Balai Teknik
Bendungan (BTB), dan Direktorat Bendungan dan Danau (Dirbenda) mengajukan
rekomendasi untuk alternatif penanganan longsoran. Alternatif dan BTB dan KKB
yaitu berupa lereng yang diperkuat menggunakan dinding penahan tanah dengan
fondasi bored pile yang diperkuat dengan soil nailing. Sedangkan untuk Direnda
merekomendasi alternatif berupa realignment jalan. Maka dari itu perlu
dilakukannya analisis alternatif penanganan longsoran pada lereng jalan inspeksi
terhadap safety factor dan biaya. Karena dari segi safety factor dan biaya alternatif
Dirbenda lebih efektif dan efisien.