Implementasi Lean Construction dengan Metode Last Planner System (LPS) pada Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Rumah Sakit Harapan Kita-Tokushukai)

Perbedaan efisiensi yang signifikan antara sektor manufaktur dan konstruksi. Bahwa di sektor manufaktur, sebagian besar aktivitas (62%) merupakan aktivitas yang memberi nilai tambah, 12% sebagai aktivitas pendukung, dan 26% termasuk sebagai waste atau kegiatan yang tidak menghasilkan nilai. Sebaliknya, sektor konstruksi memiliki masalah efisiensi yang jauh lebih besar. Hanya 10% dari aktivitas yang menambah nilai, sementara 33% adalah aktivitas pendukung, dan sisanya 57% termasuk dalam kategori waste. Nilai waste dapat diminimalisir salah satunya dengan Last Planner System (LPS) pada tahap penyusunan jadwal proyek. Implementasinya di industri konstruksi Indonesia masih menghadapi banyak kendala. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pendemonstrasian Last Planner System (LPS) di Indonesia. Penelitian ini bersifat analisis studi kasus dan berfokus pada observasi, evaluasi, dan penerapan konsep Last Planner System dari Master Schedule, Pull Planning, Make Ready Planning, Weekly Work Plan, dan Learning. Hasil analisis yang didapat yaitu penerapan Last Planner System (LPS) pada proyek ini sudah sesuai dengan teori. Namun pada tahap Wekkly Work Plan (WWP) ada ketidaksesuaian dengan teori yaitu pada tahap ini melewati tahap constraint analysis sehingga mendapatkan nilai Percent Plan Completed (PPC) rendah. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan tahapan sebagaimana penelitian ini.